Dinkes Gunungkidul Sebut Perlu Dorongan Lintas Sektor untuk Bantu Penyembuhan Pasien TB-RO



Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebutkan banyak pasien Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) yang menyerah bahkan merasa bosan dalam pengobatan karena lamanya pengobatan dan efek samping obat yang dirasakan.

Di mana, masa pengobatan membutuhkan waktu 18-24 bulan.

Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang kebal terhadap obat.

Wasor TBC Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul , Holisah menuturkan, kondisi ini membuat  banyak pasien TBC RO mangkir dalam pengbatan.

Bahkan, tercatat di Kabupaten Gunungkidul, terdapat pasien yang  berdomisili di Kecamatan Karangmojo yang dilaporkan sempat menghilang (mangkir) saat menjalani pengobatan.

“Padahal dalam penelitian, pengobatan TBC jika diselesaikan sampai tuntas dapat berpeluang sebesar 90 persen untuk dinyatakan sembuh, sementara pasien yang dalam kondisi sangat baik dan prima dapat berpeluang sangat besar lebih cepat mencapai kesembuhannya,”ujarnya, Minggu (17/12/2023).

Baca juga: Dinkes DIY Targetkan Temuan Kasus TBC Sebesar 65 Persen di Akhir 2023

Melihat kondisi itu, kata dia, keterlibatan lintas sektor diperlukan untuk bersama-sama mendampingi dan memantau pasien TBC RO untuk dapat menyelesaikan pengobatannya, sehingga tidak menularkan pada lingkungan atau orang lain.

“Alhamdullilah, setelah kunjungan ke rumah keluarga pasien TBC RO di Karangmojo ini, akhirnya pasien mau memulai pengobatan lagi pada Sabtu, (9/12/2023). Hal ini juga dikarenakan besarnya dukungan keluarga pasien dalam mendampingi dan mendorong pasien dalam menjalani pengobatan. Semoga pasien dapat tetap patuh menjalani pengobatan sampai selesai dan dinyatakan sembuh,”ungkapnya.

Diketahui, pasien TBC-RO di Kabupaten Gunungkidul dari tahun 2021 sampai saat ini tercatat sudah 16 kasus dan yang masih menjalani pengobatan adalah 8 orang pasien.

Tim TBC-RO Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, dr. Henny Cloridina mengatakan pengobatan TBC RO harus dipantau terus-menerus agar diketahui perkembangan kondisi pasien setiap bulannya.

“Keluarga pasien juga menyatakan penyebab mangkir bahwa pasien ini memiliki trauma saat opname karena harus mengonsumsi obat sebanyak 17 tablet dan di awal pengobatan harus dirawat inap. Pasien memiliki trauma karena takut dengan tindakan medis dan juga karena terdapat prosedur karantina sebagai inisiasi pengobatan TBC-RO,” terangnya.

Sementara itu, dokter spesialis paru di RSUD Wonosari dr Paulus Wisnu Kuncoro Murti mengaku siap membantu pengobatan para pasien TBC-RO.

“Kami punya sistem yang siap membantu ketika ada hambatan dalam pengobatan, bisa konsultasi ke Puskesmas, atau jika ada gejala lain maka dapat dikonsulkan lagi ke RSUD, kami siap membantu pasien dalam menyelesaIkan pengobatan,”urainya. ( Tribunjogja.com )





Selengkapnya : https://jogja.tribunnews.com/2023/12/17/dinkes-gunungkidul-sebut-perlu-dorongan-lintas-sektor-untuk-bantu-penyembuhan-pasien-tb-ro

Sumber : https://jogja.tribunnews.com/2023/12/17/dinkes-gunungkidul-sebut-perlu-dorongan-lintas-sektor-untuk-bantu-penyembuhan-pasien-tb-ro