Puisi Pantun Bulan Terang Bulan Purnama Marah Roesli : Bulan terang bulan purnama nagasari disangka



Puisi Pantun Bulan Terang Bulan Purnama Marah Roesli

Samsulbahri:

Bulan terang bulan purnama,
nagasari disangka daun.
Jangan dikata bercerai lama,
bercerai sehari rasa setahun.

Seragi kain dengan benang,
biar terlipat jangan tergulung.
Serasi adik dengan abang,
sejak di rahim bunda kandung.

Sitti Nurbaya:

Dari Medang ke pulau Banda,
belajar lalu ke Bintuhan.
Tiga bulan di kandung Bunda
jodoh ‘lah ada pada Tuan.

Samsulbahri:

Anak Cina duduk menyurat,
menyurat di atas meja batu.
Dari dunia sampai akhirat,
tubuh yang dua jadi satu.

Berlubur negeri berdesa,
ditaruh pinang dalam puan.
Biar hancur biar binasa,
asal bersama dengan Tuan.

Sitti Nurbaya:

Pulau Pinang kersik berderai,
tempat burung bersangkar dua.
Jangan bimbang kasih ‘kan cerai,
jika untung bertemu jua.

Jika ada sumur di ladang,
tentulah boleh menumpang mandi.
Jika ada umur yang panjang,
tentulah dapat bertemu lagi.

Ke rimba ke padang jangan,
bunga cempaka kembang biru.
Tercinta terbimbang jangan,
adat muda menanggung rindu.

Ke rimba orang Kinanti,
bersuluh api batang pisang.
Jika tercinta tahankan hati,
kirimkan rindu di burung terbang.





Selengkapnya : https://jogja.tribunnews.com/2023/12/14/puisi-pantun-bulan-terang-bulan-purnama-marah-roesli-bulan-terang-bulan-purnama-nagasari-disangka

Sumber : https://jogja.tribunnews.com/2023/12/14/puisi-pantun-bulan-terang-bulan-purnama-marah-roesli-bulan-terang-bulan-purnama-nagasari-disangka