Abdullah dikonfimasi ANTARA di Jakarta, Selasa, mengatakan intimidasi tersebut telah masuk ke ranah kebebasan berekspresi terutama di dunia seni, dan kebebasan berkespresi sendiri sudah memiliki rambu-rambu yang jelas di Undang-Undang pada era demokrasi.
“Kalau seandainya aparat kepolisian masuk, mengintimidasi, atau meminta tidak boleh ini, tidak boleh itu sebelum acara dimulai, apalagi sebelum diketahui pentasnya pentas apa. Menurut saya itu sangat disesalkan,” ujar Abdullah.
Menurut dia, hal tersebut dapat membuat sang penulis skenario merasa terganggu dengan kehadiran kepolisian dan akan mengganggu kebebasan berekspresi dari seniman itu sendiri, yang sudah jelas dilindungi Undang-Undang.
“Padahal para budayawan para seniman itu juga bukan orang yang tidak mengerti aturan. Mereka paham omongan ini dilarang, omongan ini boleh itu rambu-rambu itu para seniman sudah memahaminya seniman itu kan orang-orang pintar. Jadi tidak harus dikhawatirkan oleh aparat negara, ini bukan zaman Orde Baru,” ujar Abdullah.
Selain itu dia menjelaskan bahwa kedatangan calon wakil presiden Mahfud MD di pentas teater bertajuk “Musuh Bebuyutan” pada Jumat (1/12) untuk memenuhi undangan menonton, bukan undangan kampanye. Abdullah juga secara pribadi mendapatkan undangan nonton pentas tersebut.
“Kalau betul itu terjadi, ya TPN menyesalkan pihak kepolisian melakukan intimidasi,” kata dia.
Selengkapnya : https://jogja.antaranews.com/berita/650901/tpn-ganjar-mahfud-sayangkan-dugaan-intimidasi-pentas-teater-butet
Sumber : https://jogja.antaranews.com/berita/650901/tpn-ganjar-mahfud-sayangkan-dugaan-intimidasi-pentas-teater-butet