TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Permintaan rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah di DIY, masih cukup tinggi.
Hanya saja, harga tanah yang mahal masih menjadi kendala utama pemenuhan kebutuhan akan rumah bersubsidi tersebut.
“Rumah murah ini sangat diminati sekali dan sangat dicari karena di DIY ini bisa menyesuaikan dengan UMR, jadi kami selaku organisasi mempersiapkan rumah-rumah sehat, sebenarnya bukan murah tapi terjangkau sebab rumah yang kami hadirkan juga berkualitas,” ungkap Sekjen Asosiasi Pengembang Rumah Sehat Nasional (Apernas) DIY, Suranto.
Lebih lanjut, Suranto, mengimbau masyarakat yang ingin memiliki hunian rumah di DIY agar tidak terpancing iming-iming harga properti murah.
Apalagi, yang belakangan ini terjadi yakni pemanfaatan Tanah Kas Desa (TKD) yang tidak memiliki izin dan tidak sesuai peruntukannya dengan membangun rumah tinggal kemudian diperjualbelikan.
“Tentunya harus dipastikan perusahaan pengembang properti sudah berdiri berapa lama, tergabung dengan asosiasi atau tidak. Selain itu, apakah perusahaan tersebut bekerja sama dengan bank pemerintah dalam hal ini yakni Bank BTN, dengan demikian kredibilitasnya terjamin. Sebab, kalau melalui Bank BTN, tidak bisa akad kalau legalitasnya tidak lengkap,” jelasnya.
Baca juga: Pemkab Sleman Berencana Bangun Gedung Parkir Senilai Rp 15 Miliar di Pasar Godean
Hal senada disampaikan Humas PT Maro Anugrah selaku pengembang dari hunian Nawa Village Pleret, Heri Sugiyarto.
“Menjadi tantangan umum semua pengembang properti dihadapkan tingginya permintaan rumah murah subsidi, akan tetapi di sisi lain harga lahan di DIY ini kan tinggi. Harus pintar-pintar cari lahan murah. Kalau tidak demikian, nggak masuk hitungannya,” ujarnya ditemui di sela acara Akad Perumahan Nawa Village, Pleret di Bank BTN Kantor Cabang Yogyakarta, Sabtu (27/1/2024)
“Masih tinggi sekali (permintaan rumah bersubsidi), tapi yang menyediakan unit terbatas. Masih sangat dibutuhkan, bahkan ibaratnya di lokasi yang terpencil pun masih banyak dicari. Apalagi dengan harga angsuran yang murah, jadi pilihan pasangan muda maupun milenial yang ingin mencari hunian,” imbuhnya.
Adapun dalam kegiatan tersebut, lanjut Heri, diadakan akad massal bagi pemilik 42 unit kavling di perumahan Nawa Village Pleret.
“Rata rata dulu mereka mulai membeli pada tahun 2019 lalu dengan harga bervariasi kisaran Rp 140 juta hingga maksimal Rp 200 juta. Sementara Nawa Village Pleret saat ini dijual dengan harga bervariasi di antaranya tipe terkecil 30/60 dijual seharga Rp 260 juta all in, tipe 36/72 seharga Rp 375 juta all in dan tipe 45/77 dijual 455 juta,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) terbaru di 2023, dari Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa harga properti residensial di pasar primer secara tahunan terus meningkat.
Di awal tahun 2023, dari sisi penjualan properti, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer tumbuh…
Selengkapnya : https://jogja.tribunnews.com/2024/01/27/permintaan-rumah-bersubsidi-di-diy-masih-tinggi-pengembang-keluhkan-harga-tanah
Sumber : https://jogja.tribunnews.com/2024/01/27/permintaan-rumah-bersubsidi-di-diy-masih-tinggi-pengembang-keluhkan-harga-tanah